MAKALAH PENILAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PENILAIAN TERTULIS
MAKALAH
PENILAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI
PENILAIAN
TERTULIS
Di
Susun Oleh :
Kelompok : III (Tiga)
Nama
Kelompok :
1. Novera
ACD 115
015
2. Rohmatul
Khawasitin ACD 115 016
3. Muhammad
Faisal ACD
115 072
4. Chi
chi cahyati ACD 115
089
5. Rahel
yulia sinaga ACD 115 024
6. Rezza
Monica ACD 115 051
Kelas
: A
Dosen
Pengampu : Prof. Dr. Supramono, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
yang berjudul “ Penilaian Tertulis” tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Penilaian Hasil Belajar Biologi dengan dosen pengampu mata kuliah
yaitu bapak Prof. Dr. Supramono, M.Pd. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis berharap setelah menyusun makalah ini pengetahuan serta
pemahaman baik penulis maupun pembaca akan lebih berkembang. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
membangun guna perbaikan dan penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat dan memenuhi harapan pembaca.
Palangka Raya, 09 April 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTA-------------------------------------------------------------------------------------
i
DAFTAR ISI------------------------------------------------------------------------------------------------
ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang-------------------------------------------------------------------------------------- 1
1.2. Rumusan
Masalah----------------------------------------------------------------------------------- 2
1.3. Tujuan------------------------------------------------------------------------------------------------- 2
1.4. Manfaat----------------------------------------------------------------------------------------------- 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penilaian Tertulis---------------------------------------------------------------------- 3
2.2 Dasar-Dasar
Penilaian Tertulis-------------------------------------------------------------------- 3
2.3 Fungsi
Penilaian Tertulis--------------------------------------------------------------------------- 4
2.4 Macam
Atau Bentuk-Bentuk Dari Penilaian Tertulis---------------------------------------- 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------------------------- 20
3.2 Saran---------------------------------------------------------------------------------------------------- 20
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Proses
terakhir dalam kegiatan organisasi adalah penilaian atau evaluasi. evaluasi
adalah kegiatan penilaian dan pengukuran yang berupa kegiatan mengumpulkan dan
mengolah informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu
keputusan untuk langkah berikutnya.
Proses
belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan, tujuan tersebut
dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa
setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk mengetahui tercapai tidaknya
tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap
hasil belajar siswa. Kegunaan evaluasi dalam proses pendidikan adalah untuk
mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah
ditetapkan, juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran
yang masih lemah dan perlu diperbaiki. Salah satu cara yang digunakan dalam
evaluasi diantaranya dengan menggunakan teknik pengumpulan data tes, melalui
tes kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima pelajaran
yang telah diberikan.
Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan
tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi,
pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut.
Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau
informasi judgemantal dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk
obyektif atau uraian; sedang non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau
kuesioner. Tes obyektif dapat berbentuk jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan
dan pilihan ganda dengan berbagai variasi : biasa, hubungan antar hal,
kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar tabel. Untuk tes uraia yang juga
disebut dengan tes subyektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas,
dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau nontes,
seorang guru harus mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing jenis dan
bentuk tes atau non tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen.
yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan
reliable (dapat dipercaya).
Seorang guru yang baik perlu memiliki keterampilan untuk
mengembangkan berbagai bentuk instrumen guna mengukur ketercapaian kopetensi
siswa dalam makalah ini kami akan memfokuskan pembahasan tentang “Pengembangan
Instrumen Penilaian Tes Tulis” sehingga kita bisa mengetahui dan membedakan
berbagai instrumen penilaian tes tulis.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang
diatas maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu :
1.
Apa pengertian penilaian tertulis?
2.
Apa dasar-dasar penilaian tertulis?
3.
Apa fungsi penilaian tertulis?
4.
Apa macam atau bentuk-bentuk dari
penilaian tertulis?
1.3
Tujuan
Tujuan dari
penulisan ini adalah :
1.
Mengetauhi pengertian penilaian tertulis
2.
Mengetahui dasar-dasar penilaian tertulis.
3.
Mengetauhi fungsi penilaian tertulis.
4.
Mengetauhi macam atau bentuk-bentuk dari
penilaian tertulis.
1.4
Manfaat
Manfaat
pembahasan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui bagaimana pengembangan
dan penilaian dari tes tulis itu, sehingga kita dapat mengetahui berbagai aspek atau kelengkapan dalam
pembuatan soal dan cara penilaian dalam tes tulis. Dan diharapkan makala ini
dapat membantu dalam pembuatan soal tes tulis dan bagaimana cara menentukan
penilaiannya untuk kita sebagai calon pendidik. Dalam makala ini juga membahas
tentang masing-masing kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam tes tulis.
Semoga malakah ini bisa bermanfaat.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1
Pengertian Penilaian Tertulis
Menurut Griffin & Nix (1999), Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan
sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah
mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui
apakah sesuatu yang telah kita kerjakan (program pengajaran) telah berhasil
atau belum melalui suatu alat pengukuran yang dapat berupa tes ataupun nontes.
Penilaian
tertulis (paper and
pencil assessment) merupakan penilaian dimana soal dan jawaban yang
diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. (Nurlaili, Pdf).Tes Tertulis merupakan tes dimana
soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.
Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis
jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda,
mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. (Handa Out MGMP, 2006).
Penilaian tertulis adalah
penilaian yang dilakukan seorang tenaga didik untuk mengetahui bagaimana respon
atau jawaban siswa dalam bahasa tulisannya sendiri, jadi anak dituntut untuk
menuliskan argumennya secara tertulis.
2.2
Dasar-dasar Penyusunan Penilaian Tertulis
Dasar-dasar penyusunan penilaian tertulis yaitu :
1.
Dapat mengukur
apa yang dipelajari dalam proses belajarmengajar sesuai dengan tujuan.
2.
Mewakili bahan
yang telah dipelajari.
3.
Disesuaikan
dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.
4.
Disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu
sendiri.
5.
Hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
6.
Mempertimbangkan proporsi tingkat kesulitan dan
kesesuaiannya dengan taraf kemampuan siswa.
7.
Soal harus jelas dan sesuai
dengan persoalan yang disajikan.
8.
Disusun dengan mempertimbangkan
kaidah-kaidah penulisan soal .
9.
Menggunakan bahasa yang benar
10.Cara
Penskoran : Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan
kelengkapan jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat
jawaban, semakin tinggi perolehan skor.
2.3
Fungsi Dari Penilaian Tertulis
1.
Tes formatif di
kelas (classroom formatif assessment)
Tes Formatif adalah tes hasil belajar untuk mengetahui
keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, guna memperoleh
umpan balik dari upaya pengajaran yang dilakukan oleh guru. Tujuan : sebagai
dasar untuk memperbaiki produktifitas belajar mengajar. Contohnya : tes yang dilakukan setelah
pembahasan tiap bab atau KD (kompetensi dasar). Tes formatif adalaah tes yang
diberikan kepada murid-murid pada setiap akhir program satuan pelajaran.
Fungsinya yaitu untuk mengetahui sampai dimana pencapaian hasil belajar murid
dalam penguasaan bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan
tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan di dalam satuan pelajaran.
Dalam penilaian formatif ini, jika
tujuan-tujuan instruksional khusus telah dirumuskan dengan tepat, distribusi
tingkat kesukaran soal-soal (item tes) dan daya pembeda masing-masing soal
tidak begitu penting. Yang penting adalah bahwa setiap soal betul-betul
mengukur tujuan instruksional yang hendak dicapai yang telah dirumuskan di
dalam progam satuan pelajaran. Standar yang digunakan dalam mengolah hasil
tersebut adalah standar mutlak. Dengan menggunakan standar mutlak dimaksudkan
bahwa tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan
instruksional khusus telah dicapai oleh siswa, dan bukan untuk mengetahui
status setiap siswa dibandingkan dengan siswa-siswa lainnya dalam kelas yang
sama. Ada dua jenis pengolahan yang diperlukan di dalam penilaian formatif ini,
yaitu :
a. Pengolahan
untuk mendapatkan angka presentase siswa yang gagal dalam setiap soal, misalnya
:
Soal
Nomor
|
% siswa yang gagal
|
1
|
30 %
|
2
|
85 %
|
3
|
60 %
|
dan sebagainya
|
dan seterusnya
|
Untuk soal bentuk uraian, pengertian
“siswa yang gagal” di atas dapat pula diartikan sebagai siswa yang jawabannya
terhadap suatu soal dipandang kurang memuaskan.
b. Pengolahan
untuk mendapatkan hasil yang dicapai setipa siswa dalam tes secara keseluruhan
ditinjau dari presentase jawaban yang memuaskan, misalnya :
Nama
Siswa
|
Hasil
yang dicapai
(
% jawaban yang memuaskan)
|
Iswa
|
90 %
|
Jamilah
|
60 %
|
Nurwiyatsih
|
75 %
|
dan
seterusnya
|
dan seterusnya
|
Sebagai contoh. Bila skor maksimum yang
harus dicapai dalam suatu tes adalah 60, angka yang dicapai Iswa dalam tes
tersebut adalah : Dengan kata lain, cara menilai tes formatif dilakukan dengan
percentages correction (hasil yang dicapai setiap siswa dihitung dari persentase jawaban yang benar).
Keterangan :
S = nilai yang diharapkan
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes tersebut
Tes formatif mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
a.
Dilakukan pada saat berlangsungnya proses
belajar mengajar.
b.
Dilakukan secara periodik.
c.
Mencakup semua mata pelajaran yang telah
di ajarkan.
d.
Bertujuan untuk mengetahui keberhasilan
dan kegagalan proses belajar mengajar.
e.
Dapat di gunakan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan proses belajar mengajar.
2.
Tes Sumatif
Tes
Sumatif adalah tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan belajar murid
setelah mengikuti program pengajaran tertentu. Tujuan: menentukan hasil yang
dicapai peserta didik dalam program tertentu dalam wujud status keberhasilan
peserta didik pada setiap akhir program pendidikan dan pengajaran, mengukur keberhasilan
belajar peserta didik secara menyeluruh. Contohnya:
Tes catur wulan,Tes akhir semester, EBTA.
Materi yang
diujikan meliputi seluruh pokok bahasan dan tujuan pengajaran dalam satu program tahunan atau
semester.Dilakukan pada akhir program dalam satu tahun atau semester. Hasil penilaian sumatif
digunakan antara lain untuk penentuan kenaikan
kelas, kelulusan sekolah dan sebagainya.
Tes
sumatif biasanya diadakan tiap caturwulan sekali atau setiap semester (yang
baik adalah setip jangka waktu tertentu bila suatu unit atau bagian bahan
pelajaran telah selesai diajarkan melalui satuan-satuan pelajaran). Fungsi tes
sumatif ialah untuk menilai prestasi siswa, sampai dimana penguasaan siswa
terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan selam jangka waktu tertentu.
Kegunaannya yaitu untuk mengisi rapor, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan
lulus tidaknya siswa pada ujian akhir sekolah. Oleh karena itu pada umumnya
jumlah item atau soal-soal tes sumatif lebih banyak daripada item tes formatif,
dan bentuk soalnya pun dapat terdiri atas campuran beberapa bentuk item tes
(seperti true-false, multiple, choice, completion, matching, dan essay).
Cara
pengolahan hasil tes sumatif yaitu yang relatif yang digunakan yaitu
nilai-nilai standar seperti nilai berskala 1-10, nilai Z (skor standar Z), atau
persentile. Skor mentah yang diperoleh seorang siswa dari suatu tes sumatif
yang terdiri atas beberapa macam bentuk tes merupakan jumlah skor dari
tiap-tiap bentuk tes tersebut yang telah dihitung menurut rumus masing-masing.
Skor mentah inilah yang kemudian ditransformasikan kedalam nilai skala 1-10
dengan menyusun tabel distribusi frekuensi.
Tes
sumatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a)
Materi yang di ujikan meliputi seluruh
pokok bahasan dan tujuan pengajaran.
b)
Dalam satu program tahunan atau semester
dilakukan pada akhir program dalam satu tahun atau semester.
c)
Bertujuan untuk mengukur kebaerhasilan
belajar peserta didik secara menyeluruh.
d) Hasil
penilaian sumatuf di gunakan antara lain untuk menentukan kenaikan kelas,
kelulusan sekolah dan lain-lain.
2.4 Bentuk-bentuk
Dari Penilaian Tertulis
1. Tes Objektif
Tes ini dikenal dengan istilah tes jawaban pendek, tes
“ya-tidak” dan tes model baru, adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang
terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab testee dengan jalan memilih
salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada
masing-masing item atau dengan cara menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau
simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing
butir item yang bersangkutan.Suatu tes yang soal-soalnya terdiri dari atas
butir-butir soal bentuk objektif. Tes Objektif berbeda dengan tes uraian,
tugas-tugas dan persoalan-pesoalan dalam tes objektif sudah terstruktur,
sehingga jawaban terhadap soal-soal tersebut sudah dapat ditentukan secara
pasti.
a) Keunggulan
Tes Objektif
·
Waktu yang dibutuhkan relative lebih
singkat.
·
Panjang pendeknya suatu tes (banyak
sedikitnya butir soal) bisa berpengaruh terhadap kadar reliabilitas.
·
Proses pensekoran dapat dilakukan secara
mudah karena kunci jawaban dapat dibuat secara pasti.
·
Proses penilaian dapat dilakukan secara
objektif karena kunci jawaban sudah dapat ditentukan secara pasti.
b) Kelemahan
Tes Objektif
·
Terdapat kemungkinan untuk dapat menebak
jawaban dengan tepat. Tidak dapat mengetahui jalan pikiran testi dalam menjawab
suatu pesoalan.
·
Membatasi kreativitas siswa dalam menyusun
jawaban sendiri.
·
Bahan ajar yang diungkap dengan tes
objektif, pada umumnya lebih terbatas pada hal-hal yang factual.
Tes Objektif dibagi lagi menjadi 4 yaitu
tes pilihan ganda , tes benar-salah, tes menjodohkan/mencocokkan, tes uraian
singkat (melengkapi).
a)
Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Multiple
choice test terdiri
atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatupengertian yang belum
lengkap.
Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan
memahami. Tiap soal pilihan ganda terdiri dari dua bagian,yaitu pertanyaaan
yanga biasa juga disebut stem, dan alternative jawaban disebut juga option.
Stem mungkin dalam bentuk pernyataan atau dapat juga berupa pertanyaan. Bila berbentuk pernyataan,mungkin
merupakan pernyataan yang lengkap atau pernyataan yang tidak lengkap. Mungkin
pula berisi pernyataan dan pertanyaan.Option terdiri dari beberapa pilihan,dan
salah satu dari alternative pilihan itu adalah jawaban yang benar terhadap
pertanyaan. Option yang merupakan jawaban yang benar dinamakan Kunci
Jawaban. Alternatif jawaban yang bukan kunci jawaban dinamakan pengecoh
atau distractor. Tes Multiple Choice item terdiri dari dua bagian,
yaitu:
1.
Item atau soal, yang dapat berbentuk
pertanyaan dan dapat pula berbentuk pernyataan.
2.
Option atau alternative, yaitu
kemungkinan-kemungkinan jawab yang dapat dipilih oleh testee. Dan terdiri dari
dua bagian, yaitu :
· Satu
jawaban betul, yang bisa disebut kunci jawaban.
· Beberapa
pengecoh atau distractor, yang jumlahnya berkirsar antara dua sampai lima buah.
Saran Pembuatan Soal Pilihan Ganda
1.
Pernyataan dan pilihan merupakan suatu
rangkaian kalimat.
2.
Hindari pilihan yang tidak ada kaitannya
satu sama lain.
3.
Buat pilihan yang mirip dengan jawaban
kunci.
4.
Letak kunci jawaban sebaiknya tidak selalu
berada pada tempat (poin) yang sama .
5.
Hindari kaitan antara satu soal dengan
soal lainnya.
Keunggulan tes pilihan ganda
Keunggulan yang dimiliki oleh tes pilihan ganda antara
lain:
1.
Dapat digunakan untuk mengukur sekala
jenjang tujuan instruksional,mulai dari yang paling sederhana (C1) sampai yang
kompleks (C6).
2.
Dapat menggunakan jumlah butir soal yang
lebih banyak,karena hanya diperlukan waktu yang relatif singkat untuk menjawab
setiap butir soal.Penarikan sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih
luas sehingga tes dapat mencakup hampir seluruh pokok bahasan.
3.
Pemeriksaan (penskoran) jawaban peserta
tes dapat dikerjakan dalam waktu yang singkat.
4.
Dapat dikonstruksi untuk mengukaur
kemampuan peserta tes memberikan berbagai tingkatan kebenaran. Misalnya dapat
dibuat butir soal dengan option yang seluruhnya benar tetapi berbeda tingkat
kebenarannya. Peserta tes diminta untuk memilih option yang paling benar.
5.
Dapat menggunakan lebih dari dua option
sehingga dapat mengurangi kemungkinan siswa menebak. Keinginan menebak menjadi
lebih besar bila kemungkinan (probabilitas) menjawab benar cukup besar.
6.
Memungkinkan dilakukannnya anlisis butir
soal secara baik. Tes pilihan ganda dapat
disusun setelah butir-butir soalnya diuji cobakan.Bila
setelah diuji coba dan dianalisis ternyata ada butir soal yang jelek dan
lemah,perbaikan (revisi) terhadap soal dapat dilakukan.
7.
Tingkat kesukaran butir soal dapat
dikendalikan atau diatur dengan mengubah tingkat homogenitas alternatif
jawaban. Semakin homogen alternatif jawaban semakin tinggi tingkat
kesukarannnya.
8.
Dapat memberikan informasi tentang siswa
(testee) lebih banyak terutama bila soal itu memiliki homogenitas yang
tinggi.Setiap pilihan siswa terhadap alternatif jawaban merupakan informasi
tenyang penguasaan kognitif siswa dalam bidang yang dites sehingga dapat
digunakan untuk mengukur daya serap siswa, dan mendiagnosis kelemahan siswa.
Kelemahan
tes pilihan ganda
Kelemahan yang dimiliki
oleh bentuk tes pilihan ganda antara lain :
1.
Sukar dikonstruksi. Kesukaran dalam
mengkonstruksi (membuat) soal pilihan ganda terutama untuk menemukan alternatif
jawaban saja,yaitu kunci jawaban. Alternatif lainnya dicari dan ditemukan
dengan tergesa-gesa sehingga tidak akan homogen.
2.
Kurang mencerminkan kemampuan siswa yang
sesungguhnya.
3.
Membatasi siswa untuk menyelesaikan
jawaban dan pemecahan sendiri.
4.
Adanya kecenderungan hanya untuk menguji
dan mengukur aspek ingatan yang merupakan aspek yang paling rendah dalam ranah
kognitif.
5.
Penggunaan tes pilihan ganda secara terus
menerus akan menyebabkan siswa mengetahui dan mengerti tentang suatu
problem,tetapi tidak tahu bagaimana memecahkan problem tersebut dalam situasi
yang nyata.
6.
Makin terbiasa seseorang dengan bentuk tes
pilihan ganda, makin besar kemungkinan ia mendapatkan skor lebih baik yang
sebenarnya tidak berdampak positif terhadap hasil individu.
7.
Tidak dapat digunakan untuk mengukur
keterampilan, keindahan, kemampuan megorgaisir, dan menampilkan ide-ide baru
dari siswa yang sangat penting bagi pengembangan ilmu.
8.
Peserta didik tidak mengembangkan sendiri
jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta
didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka. Hal
ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran
tetapi menghafalkan soal dan jawabannya.
Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam
penilaian kelas karena tidak menggambarkan kemampuan peserta didik yang
sesungguhnya. Contoh dari tes pilihan ganda adalah:
Seorang peneliti yang menemukan
jenis manusia purba Pithecanthropus Erectus adalah...
a. Von Koeningswald c. Dr. Eugene Dubois
b. Charles Darwin d.
Van Rietschoten
b)
Soal dengan Dua Pilihan Jawaban
(Benar-Salah, Ya-Tidak)
Tes benar-salah (true-false).
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Butir soal benar salah (true-false
item ) adalah soal yang terdiri dari pernyataan penyataan (statemen) yang
disertai dengan alternatif jawaban. Pernyataan tersebut adalah benar salah
Peserta tes trsebut tinggal menyilang atau melingkari huruf B jika pernyataan
menurut pendapat benar dan huruf S jika salah. Banyak hal yang harus
diperhatikan dalam membuat soal benar salah agar mendapatkan butir soal yang
baik.
Keunggulan Tes Benar
Salah yaitu :
1.
Mudah dikonstruksi karena hanya
membutuhkan satu pertanyaan. Pernyataan itu saja harus berhubungan dengan
bidang studi yang harus di uji.
2.
Soal benar salah harus dapat mewakili
seluruh pokok bahasan karena soal ini hanya meminta waktu yang singkat
untuk menjawabnya.Dalam waktu singkat
siswa harus banyak menjawab soal.
3.
Mudah diskor karena untuk setiap soal
hanya ada dua alternatif jawaban.
4.
Merupakan bentuk soal yang baik untuk
mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang berkenaan dengan
ingatan.
5.
Dapat digunakan berulang kali.
6.
Dapat dikoreksi secara cepat dan objektif.
7.
Petunjuk pengerjaannya mudah dimengerti
Kelemahan
Tes Benar Salah
1.
Mendorong Siswa untuk menebak jawaban
.Kemungkinan jawaban benar sama dengan kemungkinan jawaban salah sehingga
kemungkinan diswa untuk menebak lebih besar.
2.
Terlalu menkan pada asoek ingatan .Kurang
dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi . Kekemahan ini lebih buruk
kalau penyusun soalmengutip langsung dari pernyataan yang pada buku ajar
yang digunakan.
3.
Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan
hanya dengan dua kemungkinan benar atau salah.
4.
Meminta respon dari siswa yang berbentuk
penilaian mutlak.
Contoh
soal
Dr. Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba dengan ciri-ciri tinggi
165-180 cm dan fosilnya ditemukan di daerah Pucangan, Sangiran adalah Homo
soloensis (Benar/Salah)
c)
Bentuk Soal Menjodohkan (Matching)
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban
sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
Keunggulan Tes
Mencocokkan
1.
Membutuhkan waktu singkat untuk membaca
soal.
2.
Dapat diperikasa dengan computer.
3.
Relatif mudah menyusun soalnya.
4.
Penskoran dapat dilakukan dengan cepat dan
objektif.
5.
Baik untuk mengukur hasil belajar yang
berhubungan dengan pengetahuan tentang istilah, definisi, peristiwa atau
penanggalan.
6.
Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua
hal, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung.
7.
Agak mudah dikonstruksi sehingga dalam
waktu yang tidak terlalu lama dapat dikonstruksi soal yang cukup banyak untuk
satu mata pelajaran.
8.
Dapat meliputi seluruh bidang studi yang
diuji. Dengan menggunakan tes mencocokkan dapat mewakili setiap pokok bahasan
dalam suatu bidang studi.
Kelemahan Tes Mencocokkan
1.
Hanya mengukur tingkat berpikir ingatan.
2.
Penulis soal cenderung tidak cermat.
3.
Sulit menemukan pasangan yang homogen.
4.
Tes mencocokkan terlalu menekankan pada
aspek ingatan/hafalan. Sukar untuk mengukur aspek pemahaman dan aspek lainnya
yang lebih tinggi.
5.
Sukar untuk menentukan materi atau pokok
bahasan yang mangukur hal-hal yang berhubungan.
6.
Banyak kesempatan peserta tes untuk
menjawab secara untung-untungan. Kerjasama antara siswa pada waktu mengerjakan
tes lebih terbuka
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1.
|
Indra
peraba adalah …
|
a.
Memompa darah
|
2.
|
Kornea
terletak dalam organ …
|
b.
Asma
|
3.
|
Fungsi
jantung adalah
|
c.
Telinga
|
4.
|
Gangguan
pada system pernafasan …
|
d.
Mata
|
5.
|
Rumah
siput terletak pada organ …
|
e.
Kulit
|
d)
Tes
Isian/Melengkapi (Completion Test)
Completion
Test biasanya disebut
dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Terdiri atas
kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan
dan harus diisi oleh
murid.
Tes bentuk melengkapi (complete test) dapat berupa isian dan ada pula yang
merupakan jawaban singkat. Tes ini merupakan satu-satunya tes objektif yang
menuntut agar peserta tes memberikan jawaban, bukan memilih jawaban. Tes
melengkapi dikatagorikan ke dalam tes objektif. Pada bentuk tes isian ini
peserta tes melengkapi atau mengisi titik-titik atau bagian yang dikosongkan
pada pokok uji dengan hanya satu kata, ungkapan, maupun angka. Peserta tes
dapat pula diminta untuk memberikan jawaban atas suatu soal yang memerlukan
perhitungan. Apabila pada suatu pokok uji tedapat dua atau lebih titik-titik
yang harus diisi,maka setiap titik-titik itu hanya dapat diisi dengan benar
oleh kata atau angka yang sudah tertentu atau pasti. Tes ini bisa disusun
berurutan ke bawah dengan diberi nomor dan dapat pula disusun dalam bentuk
kalimat tersambung berbentuk karangan.
Keunggulan tes melengkapi
1.
Mudah dikonstruksi karena soal ini hanya
akan mengukur hasil belajar yang sederhana yaitu yang bersifat ingatan.
2.
Dapat digunakan untuk menilai bahan
pelajaran yang banyak atau scope yang luas.
3.
Dapat diskor secara cepat dan objektif.
4.
Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban
dengan singkat dan tepat.
Kelemahan
tes melengkapi
1.
Tidak dapat mengukur hasil belajar yang
kompleks karena hanya menghasilkan respon yang singkat dan sederhana.
2.
Memerlukan waktu yang agak lama untuk
menskornya meskipun tidak selama tes uraian.
3.
Menyulitkan pemeriksa apabila jawaban
siswa membingungkan.
4.
Kurang ekonomis karena memerlukan
kertas(biaya) yang banyak jika dibandingkan dengan tes uraian.
Prinsip konstruksi tes
melengkapi
Beberapa petunjuk dalam penulisan butir soal untuk tes
melengkapi (tes melengkapi) agar dicapai kualitas soal yang baik adalah :
a.
Gunakanlah pertanyaan atau pernyataan yang
menuntut jawaban singkat dan tertentu. Jawaban itu haruslah satu kata, satu
ungkapan, sebuah angka, atau sebuah simbol.
b.
Jangan menggunakan kalimat yang dikutip
langsung dari buku atau catatan siswa. Penggunaan kalimat yang diambil langsung
dari buku cenderung mendorong peserta tes akan menghafal tanpa berusaha
memahami apa yang dibacanya.
c.
Pertanyaan atau pernyataan hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan mudah dipahami.
d.
Dalam menanyakan masalah hitungan harus
ditentukan tingkat ketepatan, apakah angka bulat, satu desimal, atau dua
desimal.
e.
Tempat yang harus diisi (titik-titik)
sebaiknya ditempatkan ditengah atau pada akir kalimat agar tidak menimbulkan
salah pengertian.
f.
Panjangnya titik supaya dibuat sama untuk
semua soal.
Contoh :
Salah satu jenis manusia purba adalah Pithecantropus Erectus. Fosil
manusia purba ini ditemukan oleh peneliti yang bernama……dan ditemukan
pada tahun….. Fosil Pithecantropue Erectus yang ditemukan mempunyai
ciri-ciri…. Fosil manusia ini ditemukan di daerah…..
2.
Tes
Subyektif
Tes Subjektif merupakan tes yang jawabannya berupa
uraian dan penyekorannya dilakukan dengan pertimbangan benar salahnya uraian
yang diberikan testi (peserta tes).
Kelebihan Tes Tulis (Tes
Subjektif) yaitu :
a.
Penyusunan soalnya mudah disiapkan dan
disusun.
b.
Tidak memberi banyak kesempatan untuk
berspekulasi atau untung-untungan (menebak jawaban).
c.
Mendorong siswa untuk berani mengemukakan
pendapat serta menyusun dalan bentuk kalimat yang bagus.
d.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e.
Dapat diketahui sejauh mana siswa
mendalami suatu masalah yang diteskan.
f.
Dapat melatih siswa berfikir logis,
analistis, dan sistematis.
Kekurangan Tes Tulis (Tes
Subjektif) yaitu :
a.
Kadar validitas dan realibilitas rendah
karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul
telah dikuasai.
b.
Kurang representatif dalam hal mewakili
seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa
saja (terbatas).
c.
Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh
unsur-unsur subjektif.
d.
Pemeriksaanya lebih sulit sebab
membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
e.
Waktu untuk koreksinya lama dan tidak
dapat diwakilkan kepada orang lain.
f.
Cakupan materi terbatas atau sempit.
g.
Yang diukur cenderung tingkat kecerdasan
kognitif tinggi
Ket
: apa yang menjadi kelebihan dalam tes objektif merupakan kelemahan dalam tes
subjektif dan sebaliknya.
3.
Bentuk Soal Uraian
Tes tertulis bentuk
uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat,
memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari,
dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk
uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai
berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan
menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan
terbatas. Soal uraian subyektif dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Uraian
bebas (free essay)
Melihat
karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila
bertujuan untuk :
·
Mengungkapkan pandangan para siswa
terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya.
·
Mengupas
suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga
tidak ada satu pun jawaban yang pasti.Mengembangkan daya analisis siswa dalam
melihat suatu persoalan dari berbagai segiatau dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya
karena jawaban siswa bervariasi, sulit menentukan kriteria penialaian, sangat
subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilainya.
Contoh :
Coba saudra jelaskan sebab-sebab terjadinya
pertumbuhan penduduk yang cepat, Mengapa pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap
kualitas hidup manusia?
b) Uraian
terbatas
Dalam bentuk ini pertanyaan telah di arahkan kepada
hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi ruang
lingkupnya, sudut pandang menjawabnya, dan indicator-indikator. Dengan adanya
pembatasan tersebut jawaban siswa akan lebih terarah sesuai dengan yang di
harapkan. Cara memberikan penilaian juga lebih jelas indikatornya. Criteria
kebenaran jawaban bisa lebih mudah di tentukan. Oleh sebab itu, bentuk soal
uraian terbatas lebih terarah di gunakan dari pada bentuk uraian bebas.
Pembatasan
bisa dari segi:
·
Ruang lingkupnya
·
Sudut panjangmenjawabnya
·
Indikator-indikatornya
c)
Uraian berstruktur
Soal
berstruktur berisi unsur-unsur
yaitu sebagai berikut :
·
Pengantar soal
·
Seperangkat data
·
Serangkaian subsoal.
Keuntungan soal bentuk
berstruktur antara lain ialah :
1.
Satu soal bisa terdiri atas beberapa
subsoal atau pertanyaan.
2.
Setiap pertanyaan yang diajukan mengacu
kepada suatu data tertentu sehingga lebih jelas dan terarah.
3.
Soal-soal berkaitan satu sama lain dan
bisa diurutkan berdasarkan tingkat kesulitannya.
Data yang diajukan dalam soal berstruktur
bisa berupa angka, tabel, grafik, gambar, bagan, kasus, bacaan tertentu,
diagram, model, dll. Bentuk soal berstruktur dapat digunakan untuk mengukur
semua aspek kognitif. Kelemahan yang mungkin terjadi berkisar pada :
·
Bidang yang diujikan menjadi terbatas.
·
Kurang praktis sebab satu permasalahan
harus dirumuskan dalam pemaparan yang lengkap disertai data yang memadai.
Contoh soal :
1.
Mengadakan perbandingan antara 2 hal
Contoh: Bandingkan bentuk
tudung akar dari monokotil dan dikotil!
2.
Perumusan dan pertahanan suatu pendapat
Contoh: Mengapa dan apa
yang membedakan bentuk tudung akar dikotil dan monokotil
3.
Hubungan sebab-akibat
Contoh: mengapa peristiwa
terinfeksinya virus memberikan pengaruh yang sangat tidak baik bagi tubuh ?
4.
Menjelaskan makna suatu ungkapan
Contoh: Apa pengertian dari virus?
Langkah-langkah Membuat Tes
Tertulis
· Materi, misalnya kesesuian
soal dengan indikator pada kurikulum.
· Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan
harus jelas dan tegas.
· Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan
kata/ kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
Komponen
atau Kelengkapan Sebelum Tes
1.
Buku tes
2.
Lembaran jawaban tes
3.
Kunci jawaban tes. Ide daripada adanya
kunci jawaban ini adalah agar :
-
Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain.
- Pemeriksaannya
benar.
- Dapat
dilakukan dengan mudah.
-
Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif
4.
Pedoman penilaian (pedoman skoring),
berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa
bagi soal-soal yang telah dikerjakan.
Hal-hal
yang harus di lakukan :
§ Menentukan
tujuan tes
§ Menyusun
kisi-kisi soal
§ Penulisan
soal
§ Pemberian
skor
§ Pelaporan
hasil tes
Langkah-langkah
pembuatan/pengisian kisi-kisi :
1.
Mendaftar
pokok-pokok materi yang akan diteskan
(berdasarkan silabus)
2.
Memberikan imbangan bobot/presentase untuk
masing-masing pokok materi (berdasarkan pada luas dan tingkat kedalaman materi)
3.
Merinci banyaknya butir soal (proporsi
jumlah item) untuk tiap-tiap materi.
4.
Menentukan proporsi/prosentase untuk
setiap pokok aspek intelektual yang diukur bagi setiap pokok-pokok materi
(perhatikan homogenitas dan heterogenitas bahan).
5.
Mengisi sel-sel dalam kisi-kisi
6.
Pemberian nomor item.
Format Penilaian
Mata
pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: X/ Gasal
No.
|
Nama Siswa
|
skor perolehan
|
Jumlah
|
Nilai
|
Ketuntasan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
Jumlah skor perolehan
|
|||||
Jumlah skor seharusnya
|
|||||
Prosentase perolehan
|
Cara
Penilaian
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta
didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian ini
dilaksanakan dalam bentuk penugasan, ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Kelebihan
dan Kekurangan
Kelebihan
Tes tertulis
1. Dapat
mengukur kemampuan sejumlah siswa dalam tempat yang terpisah dan dalam waktu
yang sama.
2. Dalam
tes tulis, peserta didik relatif memiliki kebebasan untuk menjawab soal,
sehingga secara psikologi peserta didik lebih bebas dan tidak terikat.
3. Pada
tes tertulis, karena soalnya sama maka obyektifitas hasil penilaian lebih dapat
dipertanggung jawabkan dari pada tes lisan ataupun tes tindakan.
Kekurangan Tes Tulis
1) Belum
tentu cocok mengukur psikomotorik dan mengukur ranah afektif pada tingkat
karakteristik.
2) Hasil
dari tes tulis sedikit agak diragukan karena peserta dapat melakukan kucurangan
dalam mengerjakan.
3) Apabila
tidak menggunakan bahasa yang tegas dan lugas dapat mengandung pengertian
ganda, sehingga berakibat data yang masuk salah.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian
diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu :
1.
Penilaian tertulis (paper and pencil assessment) merupakan penilaian dimana
soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.
2.
Dasar-dasar
penyusunan penilaian tertulis yaitu : dapat mengukur apa yang dipelajari dalam proses
belajarmengajar sesuai dengan tujuan, mewakili bahan yang telah dipelajari,
disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan, disusun sesuai dengan tujuan
penggunaan tes itu sendiri, hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, mempertimbangkan proporsi tingkat kesulitan dan
kesesuaiannya dengan taraf kemampuan siswa,
soal
harus jelas dan
sesuai dengan persoalan yang disajikan, disusun dengan mempertimbangkan
kaidah-kaidah penulisan soal, menggunakan bahasa yang benar dan
cara
penskoran.
3.
Mengetauhi fungsi penilaian tertulis
berdasarkan tes formatif dan tes sumatif
4.
Macam bentuk tes tertulis yaitu
berdasarkan tes obyektif dan subyektif
B.
Saran
Setelah membaca
dan memahami makalah yang penulis susun ini, penulis mengharapkan agar setiap
pembaca dapat memberikan respon yang baik.Dengan berbagai kekurangan yang
penulis miliki, penulis juga menghimbau kepada pembaca agar juga tetap berusaha
mencari referensi lain baik dari makalah lain, buku, maupun dari internet
tentang materi atau hal yang berkaitan dengan model pembelajaran yang baik bagi
pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
Nana, S. 1989. Penilaian hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Sudijono,
A. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Grafindo
Persada
Sudiono,
A. 1996. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta ;PT. Raja Grafindo
Sukardi.
2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara
Comments
Post a Comment