PEMANFAATAN PESTISIDA NABATI EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA BELALANG HIJAU (Sexava sp.)


PEMANFAATAN PESTISIDA NABATI EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA
BELALANG HIJAU (Sexava sp.)



MAKALAH SEMINAR BIOLOGI
Diajukan Kepada :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Palangka Raya
Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah
Seminar Biologi


OLEH :
MUHAMMAD FAISAL
ACD 115 072





KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2018


HALAMAN PERSETUJUAN

Makalah ini telah setujui untuk diseminarkan pada:
Hari/Tanggal                 : Senin, 12 November 2018
Tempat                          : Gedung A1
Judul                             : PEMANFAATAN PESTISIDA NABATI EKSTRAK DAUN
                                        SIRSAK (Annona muricata L) UNTUK MENGENDALIKAN
                                        HAMA BELALANG HIJAU (Sexava sp.)
Nama                            : Muhammad Faisal
NIM                              : ACD 115 072
Program Studi               : Pendidikan Biologi
Jurusan                          : Pendidikan MIPA








Palangka Raya, 12 November 2018
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Mahasiswa,


Drs. Nuriman Wijaya, M. Pd.
NIP: 19631213 199103 1 002




Muhammad Faisal
NIM: ACD 115 072

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah              : PEMANFAATAN PESTISIDA NABATI EKSTRAK DAUN
                                        SIRSAK (Annona muricata L) UNTUK MENGENDALIKAN
                                        HAMA BELALANG HIJAU (Sexava sp.)
Nama                            :    Muhammad Faisal
NIM                              :    ACD 115 072
Program Studi               :    Pendidikan Biologi
Jurusan                          :    Pendidikan MIPA

Akan diseminarkan dan direvisi oleh TIM mata Kuliah Seminar Biologi pada :
Hari/Tanggal                 :    Senin, 12 November 2018
Waktu                           :    15.20 WIB - selesai
Tempat                          :    Gedung A1

Palangka Raya, 12 November 2018
Dosen Pembimbing
Dosen Penilai


Drs. Nuriman Wijaya, M. Pd.
NIP: 19631213 199103 1 002



Drs. Akhmadi, M. Si.
NIP: 19670319 199112 1 001

Mengetahui,
Ketua Koordinator Mata Kuliah
Seminar Biologi


Dr. Yula Miranda, M.Pd
NIP: 19580722 198603 2 002

KATA PENGANTAR

          Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya,sehingga makalah yang berjudul PEMANFAATAN PESTISIDA NABATI EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA BELALANG HIJAU (Sexava sp.) dapat penyusun selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Seminar Biologi di program studi Pendidikan Biologi.  Selanjutnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada,
1.      Tuhan YME atas berkat, rahmat dan hidayahnya makalah ini dapat selesai disusun.
2.      Ibu Dr. Yula Miranda, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan persetujuan untuk penyusun mengangkat judul makalah ini.
3.      Bapak Drs. Nuriman Wijaya, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, saran, serta bimbingan kepada penyusun sehingga makalah ini dapat terselesaikan
4.      Bapak Drs. Akhmadi, M. Si. selaku dosen penilai yang telah memberikan arahan, saran, serta bimbingan kepada penyusun.
5.      Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun teknik penyajiaannya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan arahan yang membangun demi perbaikan selanjutnya dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 12 November 2018

Penyusun
Muhammad Faisal



DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................................      i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................      ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................      iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................      iv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................      v

BAB I        PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang..........................................................................................      1
B.       Rumusan Masalah......................................................................................      1
C.       Batasan Masalah........................................................................................      2
D.      Tujuan Penulisan........................................................................................      2
E.       Manfaat Penulisan.....................................................................................      2

BAB II       PEMBAHASAN
A.      Pestisida Nabati.........................................................................................      3
1.      Mengenal Pestisida Nabati.................................................................      3
2.      Fungsi Pestisida Nabati......................................................................      4
3.      Kelebihan dan Kekurangan Pestisida Nabati.....................................      4
B.     Tanaman Sirsak (Annona muricata L).......................................................      5
1.      Asal tanaman sirsak.............................................................................      6
2.      Sistematika tanaman sirsak..................................................................      6
3.      Morfologi tanaman sirsak....................................................................      6
4.      Bagian tubuh tanaman yang digunakan sebagai pestisida nabati........      7
5.      Kandungan daun sirsak sebagai pestisida nabati.................................      7
6.      Hama yang dikendalikan.....................................................................      10
C.     Belalang Hijau (Sexava sp.).......................................................................      10
D.    Pembuatan Pestisida Nabati Daun Sirsak..................................................      11

BAB III     PENUTUP
A.      Kesimpulan................................................................................................      14
B.       Saran .........................................................................................................      14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN



DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman sirsak (Annona muricata L.).............................................................        5
Gambar 2. Belalang Hijau (Sexava sp.).............................................................................        10


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme pengganggu tanaman yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme pengganggu tanaman ini dikenal sebagai hama tanaman, penyakit tanaman dan gulma. Pengertian hama tanaman menurut Kusnadi dan Santoso (1996), adalah hewan yang dianggap mengganggu atau merusak tanaman budidaya. Satu diantara cara pengendalian hama tersebut adalah dengan menggunakan pestisida. Untuk menghindari bahaya residu pestisida bagi konsumen maka perlu diaplikasikan penggunaan bahan pestisida yang berasal dari tumbuh – tumbuhan sebagai pestisida. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida adalah tanaman sirsak (Annona muricata L.) yaitu dari ekstrak daun sirsak. Penggunaan ekstrak daun sirsak sebagai pestisida nabati diharapkan dapat mengendalikan hama perusak tanaman terutama belalang.
Belalang merupakan salah satu hama yang dapat menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada tanaman yang dibudidayakan karena memakan daun tanaman bahkan batang tanaman yang masih muda.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka Penulis terdorong untuk membahas mengenai pemanfaatan ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) sebagai pestisida alami terhadap hama belalang hijau (Sexava sp.)
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi bagi para praktisi lapangan yang mengaplikasikan pestisida nabati daun sirsak (Annona muricata L.) dalam pengendalian hama belalang hijau (Sexava sp.)

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1.    Apa kandungan kimia dari daun sirsak (Annona muricata L.) ?
2.    Bagaimana cara pembuatan pestisida alami dari daun sirsak (Annona muricata L.) ?
3.    Apakah ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) bermanfaat sebagai pestisida alami hama belalang hijau (Sexava sp.) ?


C.       Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada makalah ini adalah :
Makalah ini hanya membahas tentang kandungan daun sirsak (Annona muricata L.) yang bermanfaat sebagai pestisida, cara pembuatannya dan pemanfaatan ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) sebagai pestisida alami hama belalang hijau (Sexava sp.).

D.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan  makalah ini dilihat dari rumusan masalah tersebut adalah untuk mengetahui:
1.    Kandungan kimia dari daun sirsak (Annona muricata L.).
2.    Cara pembuatan pestisida alami dari daun sirsak (Annona muricata L.).
3.    Manfaat ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) sebagai pestisida alami hama belalang hijau (Sexava sp.).

E.       Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, untuk menambah wawasan penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai pemanfaatan ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) sebagai pestisida alami hama belalang hijau (Sexava sp.)



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pestisida Nabati
1.      Mengenal Pestisida Nabati
Untuk menghadapi berbagai tantangan pembangunan pertanian, pemerintah bersama masyarakat harus mampu membuat terobosan-terobosan dengan berbagai alternatif yang dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan dengan tidak melupakan kepedulian terhadap lingkungan dan mengutamakan keberpihakan kepada petani. Suatu alternatif pengendalian hama penyakit yang murah, praktis dan relatif aman terhadap lingkungan sangat diperlukan oleh negara berkembang seperti Indonesia dengan kondisi pertaniannya yang memiliki modal terbatas untuk membeli pestisida nabati. Oleh sebab itu, sudah tiba saatnya untuk memasyarakatkan pestisida nabati yang ramah lingkungan (Kardian, 2000)..
Menurut Widianto (1999) dalam Herman (2000), Secara bebas pestisida diartikan sebagai racun untuk memberantas organisme pengganggu tanaman (OPT) yang identik dengan kandungan bahan-bahan kimia. Namun demikian ada juga pestisida yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti pestisida nabati, seperti yang dijelaskan oleh Kardian (2000), Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan, oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run) yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian, tanaman akan terbatas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi.
Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif. Walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampaui 400.000. lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida. Oleh karena itu, apabila kita dapat mengolah tumbuhan ini sebagai bahan pestisida maka akan sangat membantu masyarakat petani untuk mengembangkan pengendalian yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya setempat yang terdapat di sekitarnya (Kardian, 2000).

2.        Fungsi Pestisida Nabati
Berbeda dengan pestisida sintetis, pestisida nabati umumnya memang tidak dapat langsung mematikan hama yang disemprot. Pada umumya pestisida nabati berfungsi sebagai berikut:
a.         Repelan. Yakni penolak kehadiran serangga, terutama disebabkan baunya yang
b.        Antipidan. Mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot, terutama disebabkan rasanya yang pahit.
c.         Mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur.
d.        Racun saraf.
e.         Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga.
f.         Antraktan. Sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai sebagai perangkap serangga.
g.        Beberapa jenis pestisida nabati berperan mengendalikan pertumbuhan jamur (fungisida) dan bakteri (bakterisida) perusak tanaman. (Novizan, 2002)

3.          Kelebihan dan Kekurangan Pestisida Nabati
Pestisida nabati memiliki beberapa kelebihan kekurangan jika dibandingkan dengan pestisida sintetis. Setiap orang yang akan memakai pestisida nabati sebaiknya mengetahui dengan baik kelebihan dan kekurangan itu, sehingga dapat memanfaatkan pestisida nabati secara maksimal.
Kelebihan pestisida nabati sebagai berikut:
a.       Degradasi atau penguraian yang cepat. Pestisida nabati cepat terurai oleh sinar matahari, udara, kelembaban dan komponen lainnya. Sehingga mengurangi resiko pencemaran tanah dan air.
b.      Dibandingkan dengan jenis pestisida alami laninya, pestisida nabati memiliki aksi yang tergolong cepat.
c.       Toksisitasnya (daya racun) umumnya rendah terhadap mamalia. Sehingga relatif lebih aman terhadap manusia dan hewan ternak.
d.      Selektivitas tinggi. Dari hasil pengujian di laboratorium, pestisida alami merupakan pestisida yang memiliki spektrum pengendalian yang luas. Dengan kata lain dapat mengendalikan berbagai jenis OPT.
e.       Cara kerja yang berbeda dengan pestisida sintetis menyebabkan pestisida alami dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal terhadap pestisida sintetis.
f.       Phitotoksisitas rendah. Umumnya pestisida nabati tidak meracuni dan tidak merusak tanaman.
Berikut ini beberapa kelemahan yang terdapat pada pestisida nabati:
a.       Untuk menghindari pencemaran lingkungan, Sangat diinginkan pestisida yang terurai cepat, tetapi untuk efektifitas pengendalian hama, residu yang cepat hilang dianggap kurang efektif.
b.      Walaupun toksisitasnya lebih rendah dibandingkan dengan pesticida sintetis. Pesticida alami tetap harus ditangani dengan berhati-hati karena racunnya hanya berguna jika dipakai dan dikelola dengan benar. Beberapa jenis pestisida nabati bahkan lebih beracun dibandingkan dengan pestisida sintetis.
c.       Produksi pestisida nabati secara masal untuk keperluan komersial masih menghadapi beberapa kendala, diantaranya ketersediaan bahan baku yang tidak mencukupi.
d.      Kurangnya publikasi dan data-data penunjang tentang keampuhan pestisida ini. Hal ini dapat dimaklumi karena kecenderungan pemakaiannyapun baru meningkat sekitar 10 tahun terakhir (Novizan, 2002).

B.                
Tanaman Sirsak (Annona muricata L)


Gambar 1. Tanaman Sirsak (Annona muricata L)
1.      Asal tanaman sirsak
Menurut Radi (1997), tanaman sirsak berasal dari Amerika Tengah. Buah tropis ini kemudian menyebar hampir ke seluruh benua. Di Indonesia tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik mulai dari dataran rendah beriklim kering sampai daerah basah dengan ketinggian 1.000 meter dari permukaan air laut.

2.   Sistematika tanaman sirsak
Menurut Radi (1997), tanaman sirsak dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
a.      Nama umum
Indonesia                  : Sirsak, nangka sabrang, nangka walanda
Inggris                       : Soursop
Melayu                      : Durian Belanda, Durian Benggaka
Vietnam                    : Mang Cau Xiem
Thailand                    : Thurian Thet, Thurian Khaek
Philipina                    : Guyabano, Atti, Illabanos
b.      Klasifikasi
Kingdom                   : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom              : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi                         : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                         : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo                          : Magnoliales
Super Divisi              : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Sub Kelas                  : Magnoliidae
Famili                        : Annonaceae
Genus                        : Annona
Spesies                      : Annona muricata L.

3.         Morfologi tanaman sirsak
Menurut Radi (1997), morfologi tanaman sirsak adalah sebagai berikut:
a.      Daun : berbentuk bulat telur terbalik, berwarna hijau muda sampai hijau tua, ujung daun meruncing, pinggiran rata dan permukaan daun mengkilap.
b.      Bunga : bunga tunggal dalam satu bunga terdapat banyak putik sehingga dinamakan bunga berpistil majemuk. Mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran, bentuknya hampir segi tiga, tebal dan kaku, berwarna kuning keputih – putihan dan setelah tua mekar, kemudian lepas dari dasar bunganya.
c.     Buah : buah sejati berganda yaitu buah berasal dari satu bunga dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah.
d.    Biji : berwarna coklat agak kehitaman dan keras, berujung tumpul, permukaan halus mengkilat dengan ukuran panjang rata – rata 16,8 mm dan lebar 9,6 mm.
e.     Pohon : ketinggian mencapai 8 – 10 m dan diameter batang 10 – 30 cm.

4.         Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai pestisida nabati
Daun dan biji. Untuk ramuan insektisida nabati, daun dan biji sirsak perlu dihaluskan terlebih dulu lalu dicampur dengan pelarut.

5.     Kandungan Daun Sirsak Sebagai Pestisida Nabati
Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001).
Bagian dari tanaman sirsak yang digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan biji. Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin antara lain asimisin, bulatacin, dan squamosin. Disamping itu, daun, biji, akar dan buahnya yang mentah juga mengandung senyawa annonain (Mulyaman, dkk.2000).
Daun dan biji sirsak dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, repellent (penolak serangga) dan antifeedent (penghambat makan) dengan cara menghaluskan daun dan biji, kemudian dicampur dengan pelarut. Cara kerjanya sebagai racun kontak dan perut. Ekstrak daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan belalang dan hama lainnya seperti wereng (Kaedinan, 2005).
Kandungan dalam daun sirsak:
a.      Alkaloida
Alkaloida merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloida  mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloida mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987). Ada tiga pereaksi yang sering digunakan dalam skrining fitokimia untukmendeteksi alkaloida sebagai pereaksi pengendapan  yaitu pereaksi Mayer, pereaksi Bouchardat, dan pereaksi Dragendorff (Farnsworth, 1966).
b.      Flavonoida
Flavonoida mencangkup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Pada tumbuhan tinggi, flavonoida terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Pigmen bunga flavonoida berperan jelas dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga. Beberapa fungsi flavonoida pada tumbuhan ialah pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus serta kerja terhadap serangga (Robinson, 1995).
c.      Saponin
Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun (bahasa latin  sapo  berarti sabun). Saponin tersebar luas diantara tanaman tinggi. Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk, menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok.Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun (Robinson,1995: Gunawan, et al, 2004). 
d.    Tanin
Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol yang terdapat dalam tumbuhan, yang mempunyai rasa sepat dan memiliki kemampuan menyamak kulit. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu (Harborne, 1987).
Umumnya tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (herbivora) (Harborne, 1987).

e.    Glikosida
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan gula dan bukan gula. Bagian gula biasa disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut aglikon atau genin (Gunawan, et al, 2002).
Klasifikasi (penggolongan) glikosida sangat sukar. Bila ditinjau dari gulanya, akan dijumpai gula yang strukturnya belum jelas. Sedangkan bila ditinjau dari aglikonnya akan dijumpai hampir semua golongan konstituen tumbuhan, misalnya tanin, sterol, terpenoid,  dan flavonoid. Hampir semua glikosida dapat dihidrolisis dengan pendidihan dengan asam mineral.  Hidrolisis dalam tumbuhan juga terjadi karena enzim yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Nama enzimnya secara umum adalah beta glukosidase, sedangkan untuk ramnosa nama enzimnya adalah ramnase (Anonimc, 2010).
f.     Glikosida Antrakuinon
Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon. Beberapa antrakuinon merupakan zat warna penting dan sebagai pencahar. Keluarga tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae, Rhamnaceae, Polygonaceae.Antrakuinon biasanya berupa senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik biasa, senyawa ini biasanya berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat, larut dalam larutan basa dengan membentuk warna violet merah (Robinson, 1995).
g.      Steroid/Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen. Triterpenoid adalah senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann – Burchard (asam asetat anhidrida – H2SO4 pekat) yang kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru. Steroida adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren  (Harborne, 1987).
Dahulu steroida  dianggap sebagai senyawa satwa tetapi sekarang ini makin banyak senyawa steroida yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (fitosterol). Fitosterol merupakan senyawa steroida yang berasal dari tumbuhan. Senyawa fitosterol yang biasa terdapat pada tumbuhan tinggi yaitu sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol (Harborne, 1987)
Beberapa peneliti melakukan kajian tumbuhan ini sebagai biopestisida. Buah yang mentah, biji, daun dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Bijinya mengandung minyak 42 – 45 %, merupakan racun kontak dan racun perut. Bermanfaat sebagai insektisida, repellent (penolak), dan antifeedant.
Dari tanaman sirsak telah berhasil diisolasi beberapa senyawa acetogenin antara lain akan bersifat asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin anti feedant bagi serangga, sehingga menyebabkan serangga tidak mau makan. Pada konsentrasi rendah bersifat racun perut dan dapat menyebabkan kematian. Senyawa acetogenin bersifat sitotoksik sehingga menyebabkan kematian sel. Bulatacin diketahui menghambat kerja enzin NADH – ubiquinone reduktase yang diperlukan dalam reaksi respirasi di mitokondria.
6.   Hama yang dikendalikan
Daun dan bijinya dari ekstrak tumbuhan sirsak dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, repelan (penolak serangga) dan antipidan (penghambat makan) dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut. Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk hama belalang dan hama-hama lainnya (Kardinan, 2000)

C.  Belalang Hijau (Sexava sp)

Gambar 2. Belalang Hijau (Sexava sp).
Belalang hijau (Sexava sp) mempunyai 2 sayap, sayap depan panjang dan menyempit, biasanya mengeras perkamen, sayap belakang lebar dan membraneus. Ukuran tubuh sedang-besar. Antena pendek-panjang, ada yang melebihi panjang tubuh. Beberapa jenis jantan mempunyai alat penghasil suara, beberapa betina mempunyai ovipositor yang berkembang dengan baik ada yang berbentuk seperti pedang dan seperti jarum. Nimpha dan dewasa hidup dalam habitat yang sama. Telur oleh induk diletakkan di dalam tanah, jaringan tanaman, dalam kantung atau di bagian tanaman lain dengan ditutup dengan bahan seperti busa. Ada jenis betina yang membunuh jantannya setelah melakukan perkawinan. Sebagian besar sebagai pemakan tanaman budidaya dan ada yang merusak bahan simpanan (Anonim,2008).
Menurut Anonim (2008), belang hijau biasanya menyerang tanaman kelapa. Selain menyerang tanaman perkebunan belalang hijau juga menyerang tanaman pangan padi dan jagung, seperti yang dijelaskan oleh Kabit Humas Kabupaten Kediri Jawa Timur, Sigit Raharjo dalam (Anonim, 2008) di Kabupaten Kediri Jawa Timur tahun 2008 hama belalang hijau menyerang tanaman padi hingga mencapai luasan 120 hektar, yang tersebar di beberapa Kecamatan dengan intensitas serangan mencapai 9,11 % angka populasi 1 ekor per 10 rumpun.
Selain itu juga dijelaskan oleh Kepala Distabun Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Drs. David juardi dalam (Anonim, 2008) pada tahun 2008 juga terjadi serangan hama belalang hijau secara sporadis pada tanaman jagung di Kabupaten TTU, dengan luas 15 hektar di Kecamatan Miamaffo.
D.    Pembuatan Pestisida Nabati Daun Sirsak
1.      Alat dan Bahan

Alat

Bahan
1.
Blender
1.
Daun sirsak 100 lembar
2.
Gunting
2.
Daun tembakau 25 gr
3.
Gelas Ukur
3.
Air 1000 mL
4.
Saringan (kain)
4.
Belalang 8 ekor
5.
Corong
5.
Sawi
6.
Botol


7.
Jaring


8.
Pot bunga


9.
Sprayer


10.
Stapler




2.      Cara Kerja
a.      Menyiapkan tanaman uji coba:
1.      Membeli tanaman sawi di petani
2.      Memindahkan sawi ke pot
3.      Meletakkan di tempat yang terkena sinar matahari
4.      Menyiram setiap pagi hari
5.      Menutup tanaman sawi dengan menggunakan kerangka jaring

b.      Pembuatan pestisida nabati daun sirsak:
1.         Menyiapkan alat dan bahan
2.         Memotong 100 lembar daun sirsak dan 25 gr daun tembakau kering
3.         Memasukkan seluruh potongan daun sirsak dan daun tembakau ke dalam blender
4.         Memasukkan air ke dalam blender
5.         Menghaluskan dengan blender




6.         Menyaring hasil campuran ke dalam botol
7.         Menutup botol dan mendiamkan selama 1 minggu
(Tujuan didiamkan adalah agar terjadi fermentasi dan pengendapan larutan. Semakin busuk, semakin ampuh larutan)



8.         Setelah 1 minggu, melakukan pengenceran larutan pestisida dengan konsentrasi berbeda
9.         Memasukkan hasil larutan ke dalam gelas ukur sebanyak:
10.     Konsentrasi 25% (larutan 25 ml dan air 75ml)
11.     Konsentrasi 50% (larutan 50 ml dan air 50 ml)
12.     Konsentrasi 75% (larutan 75 ml dan air 25 ml)
13.    
Setelah bahan tercampur rata, masukkan tiap larutan yang telah diukur konsentrasinya ke dalam sprayer
14.     Mengaplikasikan / menyemprotkan ke tanaman budidaya (sawi)

c.       Menyiapkan hama:
1.      Menangkap hama belalang di sawah/kebun
2.      Meletakkan 2 ekor belalang ke setiap tanaman sawi yang telah ditutup dengan kerangka jaring




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari hasil pembahasan tersebut, yaitu;
1.      Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama mati.
2.      Daun sirsak diekstrak menggunakan blender dan diencerkan dengan air setelah itu air ekstrak daun disaring dimasukkan kedalam botol dan didiamkan selama 1 minggu setelah itu cairan eksrak daun sirsak dapat diaplikasikan ketanaman sebagai pestisida alami.
3.      Daun dan biji dari ekstrak tumbuhan sirsak dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, repelan (penolak serangga) dan antipidan (penghambat makan) dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut. Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk hama belalang dan hama-hama lainnya.

B.     Saran
Pemanfaatan ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) sangat bermanfaat bagi pertanian, lingkungan, manusia, dan organisme sekitar. Ekstrak daun sirsak dapat dijadikan sebagai pestisida alami untuk hama belalang hijau (Sexava sp.) dan hama serangga lainnya. Masyarakat sangat disarankan agar mengunakan pestisida alami yang tidak berdampak negatif dikarenakan mudahnya pembuatan pestisida alami ini dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit untuk dicari sehingga mempermudah para pecinta tanaman dan petani untuk merawat tanaman.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008.       Program Nasionalpelatihan Dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu, Kanisius.  Yokyakarta.
Anonim. 2008. Serangan Hama Beleng Hijau Meluas Di 11 Desa. http://regional.kompas.com
Anonim. 2008.  Belalang Hijau Serang Tanaman Padi. http://kapan lagi.com
Djojosumarto        P,         2008.   Teknik  Aplikasi           Pestisida          Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.
Herman, 2000. Studi Penggunaan Ekstrak Bunga Cengkeh (Eugenia Aromatica OK) Sebagai Pestisida Alami Untuk Pemberantasan Hama Serangga Perusak Daun, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda.
Kusnadi dan Santoso, 1996. Kamus Istilah Pertanian, Kanisius, Yogyakarta.
Kardinan   A, 2000. Pestisida Nabati Ramuan Dan Aplikasi, Penebar Swadaya. Jakarta.
Novizan, 2002. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Membuat Dan Memanfatkan Pestisida Ramah Lingkungan, Agromedia Pustaka. Jakarta.
Radi J, 1997. Sirsak Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius, Yogyakarta.
Sutanto R, 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Prinsip Keprasahajaan Hidup dalam Pramuka

Komponen Kimiawi Sel Retikulum Endoplasma

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PENYERAPAN AIR OLEH BIJI YANG BERKECAMBAH