MAKALAH EVOLUSI TEORI KEMUNCULAN DAN KEPUNAHAN
MAKALAH EVOLUSI
TEORI KEMUNCULAN DAN KEPUNAHAN
Sebagai
Salah Satu Tugas makalah Evolusi yang Dibina Oleh
Dosen
|
:
|
Elga Araina,S.Si. , M.Pd
|
Oleh:
KELOMPOK : II (Dua)
|
||
SAID MUHAMMAD AKBAR
|
ACD 115 079
|
|
DITO DWI SUMARSONO
|
ACD 115 038
|
|
MUHAMMAD FAISAL
|
ACD 115 072
|
|
Kelas
|
A
|
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS ILMU KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2018
|
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sebagaimana mestinya. Makalah ini disusun sebagai salah tugas mata kuliah
Evolusi.
Penyusunan dan penulisan makalah tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak dalam bentuk bantuan dan bimbingan. Olehnya itu pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Elga Araina,S.Si. ,
M.Pd sebagai dosen pengampu mata
kuliah Evolusi yang telah banyak memberikan curahan ilmu, petunjuk, pengarahan,
bimbingan, saran, kritikan dan motivasi selama ini.
Semoga segala bantuan, petunjuk, dorongan dan bimbingan yang telah
diberikan mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk almamater khususnya Program Studi
Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Palangka Raya dan para
pembaca.
Penulis menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini selanjutnya.
Palangkaraya,
September 2018
Penyusun
DAFATAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang............................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah.......................................................................................... 2
C.
Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Kemunculan Kelompok
Organisme Tertentu....................................... 3
B.
Munculnya Kehidupan
di Bumi............................................................. 3
C.
Pembagian Waktu
Geologi..................................................................... 4
D.
Teori tentang
Kemunculan dan Kepunahan Reptilia Besar............... 6
E.
Terbentuknya Sel
Telur Berdinding Ganda......................................... 7
F.
Kepunahan (termasuk
Reptilia Besar – Dinosaurus) .......................... 8
BAB
III PENUTUP
A.
Simpulan...................................................................................................
15
B.
Saran.........................................................................................................
15
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teori
evolusi yang berkembang sekarang sudah sangat maju dan tidak seperti yang
dibayangkan orang. Banyak konsep yang sudah berubah, tidak menandakan bahwa
teori evolusi itu salah, tetapi konsep-konsep tersebut berbeda karena orang
dahulu mempunyai interpretasi yang berbeda atas dasar informasi yang minimum.
Proses keminculan dan kepunahan merupakan suatu proses alamiah seperi kehidupan
dan kematian. Adanya kematian merupakan kehilangan tetapi juga sekaligus
memberikan keuntungan bagi kelompok lain untuk dapat berkembang. Proses evolusi
yang menyangkut kehidupan di daratan pada dasarnya melibatkan banyak sekali
mekanisme, sehingga diperlukan proses yang relatif lama. Setelah daratan
berhasil dikuasai, maka sebagian besar organisme yang ada sekarang adalah hasil
dari perjuangan ini.
Proses
kemunculan suatu kehidupan merupakan hal yang sangat penting. Lamanya bumi ini
kosong menunjukkan bahwa proses yang terjadi untuk menghasilkan suatu kehidupan
berlangsung sangat sulit. Banyaknya organisme yang muncul tetapi kemudian punah
juga menunjukkan bahwa proses yang terjadi sangat sulit.
Kepunahan
masal merupakan suatu bencana. Tetapi kepunahan masal pun merupakan suatu
anugerah bagi kelompok organisme lainnya. Adanya kepunahan akan memberikan
kesempatan pada kelompok organisme yang sebelumnya tertekan perkembangannya
dapat berevolusi.
B. Rumusan
Masalah
Sesuai
dengan latar belakang yang di atas, maka dalam makalah ini dirumuskan beberapa
masalah mengenai Kemunculan dan Kepunahan yaitu :
1)
Bagaimana Kemunculan kelompok organisme tertentu
dan munculnya kehidupan di bumi ?
2)
Bagaimana teori tentang kemunculan dan kepunahan,dalam
hal ini Reptilia besar (Dinosaurus) ?
3)
Bagaimana terbentuknya sel telur berdinding ganda
4) Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya kepunahan
(termasuk Reptilia besar-Dinosaurus) ?
C. Tujuan
1) Mengetahui Kemunculan kelompok organisme tertentu
dan munculnya kehidupan di bumi.
2) Mengetahui teori tentang kemunculan dan
kepunahan,dalam hal ini Reptilia besar (Dinosaurus).
3) Mengetahui terbentuknya sel telur berdinding ganda.
4) Mengetahui Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya
kepunahan (termasuk Reptilia besar-Dinosaurus).
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kemunculan Kelompok Organisme
Tertentu
Evolusi
sudah berlangsung sejak asal mula adanya kehidupan. Kapan kehidupan mulai ada,
tidak dapat diketahui dengan pasti. Satu-satunya data yang dapat diperoleh
mengenai hal ini adalah adanya fosil. Dari data yang dihimpun oleh ahli
paleontologi diketahui bahwa fosil yang tertua yang ditemukan berumur sekitar
490 juta tahun. Data inipun masih merupakan dugaan,karena pada masa itu, tentu
jumlah organisme masih sangat sedikit, sehingga fosil tidak mungkin dijumpai
pada lapisan tanah. Pada waktu itu, habitat yang mungkin ada adalah air. Dengan
demikian, dapat diperkirakan bahwa muka bumi masih dihuni oleh prokariot dan
organisme bersel satu, terutama ganggang biru yang kemudian diikuti oleh lumut
kerak dan lumut yang menghuni sekitar pantai. Suhu permukaan bumi pun
diperkirakan masih jauh lebih panas dan oksigen mungkin meliputi hanya sekitar
10% dari apa yang ada sekarang.
Lapisan
yang mengandung fosil tertua (Stromatolites) berupa spora, ditemukan di
daerah pantai di Arabia dan Australia dan berumur sekitar 470 juta tahun yang
lalu. Hal ini berarti bahwa ekosistem yang ada baru terdapat sekitar 480 juta
tahun yang lalu. Setelah periode itu baru ditemukan fosil yang lebih muda di
banyak daerah lain.
B.
Munculnya Kehidupan di Bumi
Pemahaman
tentang urutan munculnya kehidupan di bumi lebih didasarkan pada sisa-sisa
makhluk hidup yang memfosil. Fosil terbentuk dengan berbagai cara dan berbagai
proses, meskipun perlu dipahami bahwa semua makhluk hidup yang sudah mati tidak
selalu menjadi fosil. Fosil mungkin merupakan sisa-sisa bagian tubuh yang keras
, atau setelah organisme mati kemudian terkubur pasir-lumpur ataupun endapan
lain kemudian mengeras.
Menurut
ahli geologi, sejarah bumi dapat dibedakan dalam banyak unit waktu. Unit waktu
terbesar disebut era, sedangkan era terbagi dalam periode dan periode terbagi
menjadi unit yang lebih kecil disebut zaman.
Pengetahuan
akan kehidupan di bumi dikumpulkan dafri bukti fosil terutama mulai dari era
paleozoik, mesozoik, dan cenozoik. Era palezoik atau masa kehidupan kuno
kira-kira 570 juta tahun sampai 340 juta tahun lalu. Era mesozoik atau era
kehidupan pertama dikenal sebagai masa reptilia, mulai 230 juta tahun sampai
165 juta tahun lalu, sedangkan era cenozoik adalah era kehidupan kera atau masa
mamalia dimulai kira-kira 63 juta tahun lalu.
C.
Pembagian Waktu Geologi
EON
|
ERA
|
PERIODE
|
KURUN
|
KEHIDUPAN AIR
|
KEHIDUPAN DARAT
|
P
H
A
N
E
R
O
Z
O
I
K
P
H
A
N
E
R
O
Z
O
I
K
|
Kuarter
|
Sekarang
|
Semua kehidupan ada
|
Manusia
|
|
Senozoik
63 ± 2 juta
(Tertier)
|
0,5-3 juta tahun lalu
|
Pleistosen 3
|
Glasiasi, pergeseran benua Amerika Utara dan Eropa
Australia Antartika terpisah
|
Terjadi evolusi kebudayaan manusia pertama
|
|
Tersier
65 ±2 juta
|
Pliosen 5
Miosen 24
Oligosen 37
Eosen 54
Paleosen 65
|
Semua kehidupan ada
|
Hominidae dan Pongidae
Monyet dan kerabatnya
Radiasi adaptasi burang
Mamalia modern,
Angiospermae yang berbatang basah
|
||
Mesozoik
230 ±
10 juta
(Secobdary)
|
Kretasea
144 ± 5 juta
|
Ikan bertulang
Kepunahan Ammomit
Plesiosaurus
Ichtyosaurus
Amerika Selatan dan
Afrika berpisah
|
Kepunahan Dinosaurus
Timbulnya Angiospermae berkayu
|
||
Jurasik
213±5 juta
(Oolitic)
|
Plesiosaurus & Ichtyosaurus,
Ammonit berlimpah
Ikan bertulang rawan dan ikan biasa berlimpah
Pangea dan Gondwana mulai berpisah
|
Dinosaurus dominan
Kadal pertama,Archeopteryx
Serangga berlimpah
Angiospermae pertama
|
|||
Paleozoik
Paleozoik
(Eozoik)
|
Triasik
248 ± 10 juta
|
Plesiosaurus pertama
Ichtyosaurus,
Ammonit
Ikan Bertulang
|
Radiasi reptilia, kura-kura, buaya
Thecodenta, therepsida, Dinasaurus
Pertama, Mammalia Pertama
|
||
Permian
286 ± 10 juta
|
Punahnya Trilobit dan Placoderm
Glasiasi dan Kekeringan
|
Cotylosaurus dan Pelecosaurus
Reptilia lain dominan
Cycas, Gynko, Conifera
|
|||
Karbonifera
|
Pensylvanian
320 ± 10 juta
|
Ammonit
Ikan Bertulang pertama
Iklim panas dan lembab
|
Reptilia pertama
Rawa-rawa Hutan Lycopsida, Sphenopsida dan paku
berbiji
|
||
Karbonifera
|
Mississipian
360 ± 10 juta
|
Radiasi Adaptasi Hiu
Iklim panas dan lembab
|
Amphibia dominan
Siput darat
|
||
Devonian
405 ± 10 juta
|
Placoderm, ikan pertama, Ammonit,Nautilus
Iklim muka Bumi keringdan lautan sangat
meluas
|
Paku,Lycopsida, Sphenopsida
Bryophyta, Gymnospermae dan serangga, Amphibia
pertama
|
|||
Silurian
425 ± 10 juta
|
Radiasi Adaptasi dari Ostracoderm, Eurypterids
Iklim sejuk,lautan
luas
|
Tanaman darat (Psilopsida) pertama, labah-labah,
kalajengking
|
|||
Ordovisian
500 ± 10 juta
|
Vertebrata (Agnata) pertama
(Ostracoderm),Nautiloid,Pilina, Mollusca Air,Trilobid daminan
Iklim sejuk,lautan luas
|
------------------
|
|||
Kambrian
600 ± 50 juta
|
Trilobid daminan, Eurypterid,Crustacea,Mollusca,
Echinodermata, Porifera, Annelida, Tunicata, Cnidaria pertama
Glasiasi
|
----------------
|
|||
Prekambrian
|
Proterozoik
|
2500 juta
|
Protozoa
|
----------------
|
|
Archean
|
3900 juta
|
Sromatolit
|
|||
Hadean
|
4500 juta
|
Bumi terbentuk
|
D.
Teori tentang Kemunculan dan
Kepunahan Reptilia Besar
Banyak
orang menganggap bahwa Mammalia menguasai muka bumi,
namun hal ini dapat disebabkan karena dominasi manusialah yang merupakan
penyebab utama anggapan tersebut. Tidak dapat disangkal bahwa sebenarnya
Reptilia merupakan organisme yang paling sukses di muka bumi. Meskipun Reptilia
tidak lagi merajai permukaan bumi, namun jumlah yang kini masih hidup di muka
bumi tidak dapat dikatakan sedikit, dan kini hanya disaingi oleh kelompok
Pisces. Lamanya Reptilia menguasai permukaan bumi juga menunjukkan bahwa
kelompok ini merupakan pemula di daratan dan pernah menjadi penguasa daratan
(diwakili oleh macam-macam Dinosaurus). Reptilia pernah mengusai air (diwakili
oleh Mesosaurus), daratan (Tyranosaurus), dan udara (Pteranodon).
Untuk
mengkaji bagaimana Reptilia timbul dan hilang (terutama Dinosaurus) dari muka
bumi, kita dapat mempelajari konsekuensi-konsekuensi dari kehidupan Reptilia
sejak munculnya di muka bumi hingga punahnya. Sebagai hewan Vertebrata yang
pertama muncul sebagai hewan daratan, maka Reptilia mempunyai konsekuensi untuk
mengatasi masalah kekeringan.
Sejarah
kemunculan Reptilia di daratan ditandai dengan :
·
Terbentuknya sel telur berdinding ganda (telur
Amniota)
·
Kulit tubuh yang ditutupi perisai (misalnya kura-kura
dan Dinosaurus) atau sisik guna melindungi diri terhadap kekeringan.
·
Terbentuknya sistem eksresi yang terpisah kalau
dibandingkan dengan hewan Vertebrata lainnya yang telah ada sebelumnya (Ikan,
Amphibia).
·
Terbentuknya anggota gerak.
·
Terbentuknya alat indera pnglihatan, pendengaran, penciuman
dan pengecapan yang lebih baik.
E.
Terbentuknya Sel Telur Berdinding
Ganda
1)
Kapan terbentuknya telur Amniota tidak dapat
ditelusuri dengan baik, karena sedikitnya data fosil.
2)
Konsekuensi dari telur berdinding ganda (kapur dan
selaput amnion) mengharuskan fertilisasi internal sebagai ssatu-satunya
alternatif reproduksi. Dengan demikian alat kelamin sekunder jantan merupakan
struktur pertama yang muncul di kelompok Vertebrata pada Reptilia (dalam bentuk
sepasang Hemipenis)
3)
Konsekuensi lain dari munculnya sel telur berdinding
kapur memerlukan suatu perubahan penting kalau dibandingkan dengan telur
Amphibi atau Pisces, karena kulit kapur tersebut harus dapat menghubungkan
embrio dengan dunia luar untuk pertukaran gas (Oksigen-Karbondioksida).
4)
Telur Reptil ternyata ditunjang dengan terbentuknya
membran amnion. Membran ini berguna untuk menangkap Oksigen yang masuk melalui
dinding sel kapur tersebut. Hal ini memberikan konsekuensi bahwa
telur pertama tidak mungkin terlalu besar agar pertukaran gas dapat berlangsung
dengan baik.
5)
Konsekuensi lainnya adalah digsntikannya insang dengan
paru-paru (tahapan ini sudah dilalui oleh Amphibia)
6)
Naiknya Reptilia ke daratan memberikan konsekuensi
pula pada alat indera.
7)
Mata yang dilindung dengan membran nictitans digantikan
dengan mata yang berkelopak, juga untuk melindungi dari bahaya kekeringan.
8)
Alat pendengaran yang sebelumnya terdapat pada rahang
bawah (Pisces) mulai berangsur digantikan dengan telinga dalam,
karena juga menghadapi tantangan kekeringan. Fungsi telinga lebih diperlukan
apabila dibandingkan dengan kehidupan di dalam air, untuk mencari mangsa dan
menghindar dari predator.
F.
Kepunahan (termasuk Reptilia
Besar – Dinosaurus)
Kepunahan dalam biologi berarti hilangnya keberadaan dari
sebuah spesies atau sekelompok takson. Waktu kepunahan sebuah spesies
ditandai dengan matinya individu terakhir spesies tersebut, walaupun kemampuan
untuk berkembang biak tidak ada lagi sebelumnya. Tetapi dikarenakan wilayah
sebaran sebuah spesies atau takson yang bisa sangat luas, sehingga sangat sulit
untuk menentukan waktu kepunahan. Kesulitan ini dapat berujung kepada suatu
fenomena yang dinamakan takson Lazarus, dimana sebuah spesies dianggap telah punah tetapi
muncul kembali.
Kepunahan merupakan kejadian
hilangnya keseluruhan spesies. Kepunahan bukanlah peristiwa yang tidak umum,
karena spesies secara reguler muncul melalui spesiasi dan menghilang melalui
kepunahan. Sebenarnya, hampir seluruh spesies hewan dan tanaman yang pernah
hidup di bumi telah punah, dan kepunahan tampaknya merupakan nasib akhir semua
spesies. Kepunahan telah terjadi secara terus menerus sepanjang sejarah
kehidupan, walaupun kadang-kadang laju kepunahan meningkat tajam pada peristiwa kepunahan massal.
Dalam
sejarah muka bumi telah tercatat adanya lima kali peristiwa kepunahan besar-
besaran, hal ini terjadi pada masa Kambrian, Ordovisian, Devonian, Permian, dan
Kretasea. Diantara kelima peristiwa kematian masal, makaperistiwa kematian
masal pada periode Permian merupakan kejadian yang paling aburuk
dalam sejarah bumi. Pada waktu itu sekitar 75% organisme punah.
Namun pada masa Kretasea sebelum peristiwa masal, jumlah organisme
hidup sudah melebihi keadaan sebelum peristiwa kematian Permian. Setelah
kematian Kretasea, maka kini jumlah organisme pun masih
meningkat lagi sehingga diperkirakan jumlahorganisme sudah dua kali
lipat dari pada keadaan sebelum peristiwa kematian Permian.
Adapun
penyebab peristiwa tersebut yang dikemukakan oleh para ahli dan kemungkinan
besar beberapa teori dapat bekerja secara simultan atau merupakan akibat dari
kemungkinan terdahulu.
1)
Teori Pergerakan Benua Dan
Terbentuknya Pangea
Akibat
bergeraknya benua, maka jumlahnya panjang pantai menjadi sangat pendek
dibandingkan dengan keadaan apabila bumi terdiri dari banyak benua. Hal ini
menyebabkan sejumlah besar organisme laut yang hidup di air dangkal akan punah.
Selain itu konsekuensi yang juga timbul adalah adanya satu daratan menyebabkan
timbulnya perubahan cuaca yang drastis. Sebagai contoh, semua daratan
diberbagai benua (Afrika, Asia, dan Amerika Utara) akan memiliki daerah gurun.
Daratan yanh luas dan datar menyebabkan daerah tengah tidak mendapat cukup air
hujan, karena hujan sudah turun di daerah yang tidak terlalu jauh dari pantai.
Akibat timbulnya gurun yang besar, maka sebagian besar iklim akan menjadi
berubah kering. Sebagian besar organisme daratan dan air akan punah.
2)
Teori Vulkanisme
Mengingat
contoh vulkanisme akan menimbulkan perubahan yang besar suatu daerah. Letusan
suatu gunung berapi dapat berlangsung berbulan-bulan dan akibatnya paling tidak
mempengaruhi sebagian muka bumi. Di Indonesia kita mengenal beberapa kepunahan
yang sangat besar dan garis tengahnya lebih dari 20 km, misalnay Danau Toba,
Danau Tondano dan Daerah Dieng. Diperkirakan bahwa letusan gunung tersebut
beberapa ratus kali lebih dahsyat daripada letusan Gunung Karakatau. Akibat
letusan gunung Karakatau saja, banjir besar menimpa daerah Negeri Belanda yang
berjarak puluhan kilometer. Apabila ada sejumlah besar gunung berapi
sebesar gunung Karaukatau atau Tambora meletus, maka akan timbul kegelapan
selama berbuln-bulan. Hal ini akan menyebabkan perubahan cuaca yang drastis.
Pengaruh letusan gunung Galunggung saja telah hampir memusnahkan beberapa
spesies di Jawa. Di Pangandaran jumlah banteng tinggal 3 ekor dari sekitar 35
ekor sebelumnya. Menurut hasil visum, kebanyakan banteng mati karena ada
deposit debu vulkanis di paru-paru, dan sejumlah besar abu vulkanis di dalam
lambung yang tidak dapat dikeluarkan dengan feces, mungkin karena terlalu
berat.
3)
Teori Meteorit atau Supernova
Meteorit
berukuran sangat besar yang menabrak bumi akan menyebabkan perubahan iklim
global, selain menimbulkan gempa bumi, akan memberikan akibat yang serupa
dengan letusan gunung merapi, yang berarti perubahan cuaca ledakan supernova
bintang raksasa di luar angkasa akan menyebarkan debu bintang yang mungkin
menimbulkan kegelapan. Debu bintang dapat pula mempengaruhi magnetik bumi.
Apabila kutub magnetik bumi berubah, maka akan terjadi gempa bumi, karena posos
bumi mengalami. Perubahan menurut penelitian, kutub magnetik bumi memang sudah
tidak tepat dari yang diperhitungkan dahulu. Selain itu meteorit atau supernova
dapat membawa suatu unsur seperti logam berat (misalnyaIridium) yang beracun
bagi kehidupan di muka bumi.
Tabel
: kadar Iridium setelah kepunahan massal
Periode
|
Kepunahan
|
Kadar Iridium
|
Kratasea - Paleosen
|
Massal
|
Tinggi sekali (3000
ppt)
|
Eosen - Oligosen II
|
Massal
|
Sedikit
|
Eosen - Oligosen II
|
Massal
|
Sedikit
|
Eosen - Oligosen I
|
Massal
|
Sedikit
|
Permian - Triasik
III
|
Massal
|
Sedikit
|
Permian - Triasik
II
|
Massal
|
Normal
|
Permian - Triasik I
|
Massal
|
10 kali lipat
|
Devonian -
Karboniferus II
|
Massal
|
3-7 kali lipat
|
Devonian -
Karboniferus I
|
Massal
|
Sedikit
|
Ordivisisn -
Silurian II
|
Massal
|
Normal
|
Ordivisisn -
Silurian I
|
Massal
|
Normal
|
Prekambrian -
KAmbrian II
|
Massal
|
Sedikit
|
Prekambrian -
KAmbrian I
|
Normal
|
Sedikit
|
Dari
tabel di bawah dapat dilihat bahwa kematian masal sering terjadi dalam sejarah
kehidupan muka bumi, tetapi hanya kematian masal ada periode
Kretasea,Paleosen,Devonian,Karoboniferus II dan Permian-Triasik I, jumlah
iridium jauh di atas normal jadi kematian masal akibat meteorit hanya mungkin
terjadi pada dua peristiwa saja.
Tabel
: pengaruh yang ditimbulkan akibat kepunahan massal.
Periode
|
Kemungkinan
Penyebab Kepumahan Massal
|
Eosen-Oligosen
|
Pendinginan (bumi
glasiasi), pergantian arus laut
|
Akhir Kratasea
|
Benturan meteorit
|
Akhir Triasik
|
Kenaikan curah
hujan
|
Akhir Permian
|
Meteotit,
pendinginan bumi (glasiasi), pangea
|
Akhir Devonian
|
Meteorit,
pendinginan bumi (glasiasi)
|
Akhir Ordovisian
|
Vulkanisme,
berkurangnya lapisan es di Gondwana
|
Adanya
benturan meteorit dapat dibuktikan dengan adanya retakan pada sejumlah besar
yang ada. Retakan kristal yang dimaksudkan adalah suatu kristal yang mempunyai
banyak sekali retakan, meskipun tidak hancur. Salah satu bukti kuat untuk
menunjukkan adanya benturan meteorit adalah adanya kawah yang besar.
4)
Teori Glasiasi
Turunnya
hujan salju selama satu minggu di kota Roma menjadi berita utama di tahun 1987.
hal ini disebabkan karena kota Roma tidak setiap tahun kedatangan salju.
Biasanya hujan salju yang turun di sana hanya berlangsung beberapa menit sampai
satu jam dan kejadian semacam itu hanya sepuluh tahun sekali. Pada tahun 1987,
salju menumpuk sampai hampir 2 meter, lalu lintas terputus, listrik banyak
mengalami gangguan. Akibatnya puluhan orang meninggal dunia karena kedinginan
dan kelaparan. Gambaran peristiwa di atas dapat terjadi lebih parah lagi di
masa lalu. Apabila hal itu terjadi di kota, bagaimana pula keadaan alam
terbuka. Banyak satwa yang mati dan tanaman yang hancur. Adanya zaman es yang
menyebabkan cuaca bumi menurun secara drastis dan menimbulkan kematian masal
bagi organisme yang tidak teradaptasi. Menurunnya suhu bumi sebanyak satu
derajat saja sudah dapat memperluas lingkaran kutub menjadi beberapa puluh ribu
Km2, dan hal ini menyebabkan kematian sorganisme di sekitar daerah tersebut.
5)
Adanya Air Bah
Air
merupakan penyebab kepunahan yang paling umum dijumpai. Hujan yang turun selama
4 atau 5 hari sudah menimbulkan banjir, tanah longsor, kerusakan tempat
penghunian, ladang dan hewan ternak. Akibat hujan beberapa hari saja sudah
dapat menaikkan air sampai beberapa meter dan di daerah muara dapat sampai
belasan meter. Akibat seperti yang kita lihat di Bangladesh,banyak ternak yang
mati, tananman pangan rusak total. Dan apabial hal ini berlangsung beberapa
minggu saja, maka seluruh organisme di daerah akan mati. Sesudah banjir
biasanya penyakit mewabah, sehingga apa yang tertinggal ikut mati pula apabila
tidak ditangani.
Akibat
glasiasi berakhir, maka seluruh dataran Sunda dan dataran Sahul terendam
air,meninggalkan daerah dataran tinggi saja dan menjadikan Indonesia berbentuk
kepulauan. Banyaknya organisme yang punah tidak dapat diperkirakan.
6)
Teori Epidemi atau Pandemi
Kematian
massal suatu organisme misalnya setelah glasiasi atau banjir selian memusnahkan
organisme yang terdapat di daerah tersebut, juga akan menimbulkan penyakit
lainnya. Ada proses pembusukan besar-besaran, dan penyakit berkembang dengan
pesat karena sanitasi yang buruk. Akibatnya banyak organisme lain yang mati
karena jumlah mikroba pembusukan meningkat dan menimbulkan infeksi pada
organisme yang hidup di sekitarnya.
7)
Teori Naiknya Suhu Muka Bumi
(Grenn House Effect)
Adanya
jumlah CO2 yang besar akan menyebabkan temperatur muka bumi naik. Hal ini
disebabkan oleh karena CO2 akan membentuk lapisan yang menghambat masuknya
sinar matahari. Akibatnya setiap pemanasan pada siang hari akan tetap tertahan
pada malam hari., dan dengan demikian udara akan semakin bertambah panas pula.
8)
Teori Radiasi Ultra Violet dan
Lubang Ozon
Lubang
ozon menimbulkan mutasi pada organisme karena kemampuannya menembus sel dan
memotong-motong DNA. Rusaknya DNA umumnya menyebabkan organisme yang terkena
sinar ultraviolet mengalami mutasi yang kemungkinan besar merugikan organisme
sehingga dapat menyebabkan kepunahan. Dengan adanya lubang ozon, maka suhu muka
bumi akan naik dan contoh pada masa kini adalah banyaknya organisme yang punah
akibat naiknya temperatur muka bumi.
9)
Teori Berkembangnya Mammalia Kecil
Setelah Perubahan Temperatur Global
Mammalia
kecil diperkirakan mulai berkembang di muka bumi tidak lama setelah kemunculan
Reptilia. Sebelumnya, Mammalia tertekan perkembangannya karena bersaing dengan
Dinosaurus. Namun pada waktu terjadi perubahan muka bumi, keberadaan Mammalia
tidak bayak terpengaruh, sebaliknya sebagian besar Dinosaurus punah.
10)
Teori Campur Tangannya Manusia
Hal
ini terutama berlaku untuk buaya, penyu dan kura-kura besar. Penyebabnya adalah
karena over harvesting dan over exploiting untuk kesenangan sekelompok orang
dan rasa sekuriti kelompok yang lain.
Dari
kesembilan penyebab utama yang disebutkan di atas, maka hanya 3 penyebab utama
(epidemi, mammalia, dan manusia) yang tidak mempengaruhi perubahan temperatur
muka bumi secara umum, kecuali zaman modern. Mengapa naik turunnya temperatur
muka bumi berpengaruh pada kepunahan Reptilia, terutama Dinosaurus ?
a)
Kebanyakan Reptilia tidak mengerami telurnya, tetapi
menguburnya di dalam tanah
b) Kebanyakan Reptilia mempunyai detrminasi seks yang
bergantungkepada temperatur. Hal ini berarti bahwa suhu lingkungan akan
menentukan jenis kelamin organisme yang akan menetas dari telur.
c)
Mengapa keberadaan Mammalia menjadi ancaman bagi
Reptilia ? Kalau temperatur bumi turun, maka Reptilia memerlukan waktu yang
lebih lama untuk aktif, sedangkan Mammalia tidak demikian. Diperkirakan sifat
homoiterm merupakan kunci keberhasilan Mammalia. Karena kemampuan
termoregulasi, maka kenaikan suhu bumi, keberadaan Mammaliatidak terpengaruh
sebesar pengaruh yang terjadi pada organisme poikiloterm.
d)
Kalau temperatur bumi naik, maka Reptilia harus
bersembunyi kalau mereka tidak dapat hiperaktifdan memerlukan energi tinggi,
sehingga ketersediaan mangsa menjadi masalah pokok. Hal ini disebabkan karena
Reptilia tidak mempunyaikemampuan termoregulasi yang baik. Mammalia memang ikut
menderitapada zaman glasiasi, tetapi dapat mengtur suhu tubunya secara lebih
mudah, sehingga tidak perlu menjadi hiperaktif.
e)
Pada masa kepunahan, maka sebagian besar organisme
punah, dan ini berarti punahnya sebagian besar mangsa. Reptilia berukuranbesar
akan lebih sulitmencari mangsa, tetapi tidak demikian bagi Reptilia kecil dan
Mammalia. Mereka bersaing tetapi Mammalia dapat aktif siang atau malam,
sedangkan Reptilia lebih terbatas jam operasinya karena perlu penyesuaian diri
terhadap lingkungan yang waktunya lebih lambatd dibandingkan Mammalia. Mammalia
kecil yang lebih gesit mempunyai kemampuan menyembunyikan dari Reptilia
berukuran besar.
f)
Telur Reptilia merupakan mangsa dari Reptilia lain dan
Mammalia kecil, sedangkan Mammalia tidak mempunyai telur yang bebas yang dapat
dimangsa organisme lain.
g)
Mammalia menjaga anaknya sedangkan kebanyakan Reptilia
tidak.
h)
Konsekuensi dari determinasi seks yang bergantung
kepada temperatur. Reptilia mempunyai detrminasi seks yang bergantung pada
temperatur. Apabila kita kaji strategi reproduksi Reptilia, diketahui bahwa
proses pematangan telur ditentukan oleh penyinaran matahari. Disini tidak ada
masalah apakah temperetur muka bumi naik atau turun. Adanya perubahan
temperatur akan mengakibatkantimbulnya salah satu jenis
kelamin saja, jantan atau betina. Dengan demikian, semua telur yang
memetas akan menghasilkan salah satu jenis kelamin saja. Dengan demikian tidak
ada regenerasi atau generasi berikutnya. Dalam satu atau dua siklus reproduksi
saja, maka jenis tersebut dapat hilang dari muka bumi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masa lampau dapat diamati, direkonstruksi berdasarkan
fosil, pollen, zat radioaktif, maupun dengan menggunakan DNA dari organisme
aktual. Waktu geologi ditentukan oleh macam organisme dominan yang hidup pada
masa tersebut. Naiknya fauna dan flora ke daratan merupakan loncatan dalam evolusi, karena
memerlukan banyak hal untuk penyesuaian diri di daratan. Setiap organisme mempunyai masa
keberadaan masing-masing, karena bumi tidak dapat menampung semua jenis
organisme sekaligus
Proses kemunculan dan kepunahan sudah merupakan pola
dari muka bumi ini Ada banyak alasan yang dapat dikaji untuk menerangkan
bagaimana suatu organisme muncul dan punah. Munculnya kehidupan di muka bumi
baru terjadi kira-kira setelah bumi berumur relatif tua Prokariot muncul dan punah karena
kondisi bumi yang belum stabil. Pada waktu bumi terbentuk,
Oksigen belum ada di atmosfir, organisme berkhlorofillah yang memberikan
kontribusi Oksigen di Atmosfir. Bumi yang kita huni sebelumnya
tidak sestabil sekarang. Ada banyak perubahan muka bumi yang menyebabkan
kepunahan masal.
B. Saran
Melalui makalah ini
Penulis mengharapkan bagi para pembaca untuk bisa mengembangkan makalah teori
kemunculan dan kepunahan. Oleh karena itu teori kemunculan dan kepunahan ini
janganlah dijdikan sebuah momen untuk berperang pemikiran karena akan
menimbulkan perpecahan. Atas kritik dan sarannya penulis sampaikan terima
kasaih
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Fried, George. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Iskandar,Dr Djoko T. 2001. Catatan Kuliah Evolusi. Bandung :
ITB
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang : Universitas Negeri
Malang.
Sukandarrumidi,
Datun, M. 1980. Geologi Sejarah 2 .
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Comments
Post a Comment